Selasa, 18 Agustus 2009

sosialisasi

Sosialisasi Dampak Negatif serta Upaya Daur Ulang Minyak Goreng Bekas


Senin, 1 Juni 2009 bertempat di MI KH. Abu Mansur Lidah Wetan Surabaya diadakan Sosialisasi Dampak Negatif serta Upaya Daur Ulang Minyak Goreng Bekas oleh Tim Kimia-FMIPA Unesa. Sosialisasi ini mengangkat tema dampak negatif serta upaya daur ulang minyak goreng bekas. Hal ini disebabkan oleh banyak masyarakat terutama Ibu-Ibu yang menggunakan minyak goreng bekas untuk digunakan menggoreng kembali. Padahal dampak negatif yang disebabkan dari minyak goreng bekas cukup membahayakan. Hal ini ditunjukkan oleh 86,2% dari 29 responden yang hadir memanfaatkan minyak goreng bekas untuk digunakan menggoreng kembali melalui pemberian angket. Dan rata-rata mereka menggunakan minyak goreng bekas untuk dipakai menggoreng kembali sebanyak 1 kali sebesar 44,83%, sedangkan yang memakai 2 kali sebesar 20,69%, 3 kali sebesar 13,79%, sampai habis 17,24% dan tidak pernah 3,45%. Tentang bahaya minyak goreng bekas, banyak masyarakat yang belum mengetahuinya. Hal ini terbukti 55,17% responden belum mengetahui dampak yang dapat diakibatkan oleh minyak goreng bekas.

Salah satu materi yang disampaikan adalah pada pemanasan yang tinggi ( 3000-3500C) dapat terbentuk akrolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan, membuat batuk konsumen dan yang tak kalah bahaya adalah dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hati dan ginjal. Selain pemberian materi dampak negatif minyak goreng, juga ada pemberian materi tentang upaya daur ulang minyak goreng bekas sehingga dapat digunakan kembali. Di antaranya adalah perendaman arang tempurung dan lidah buaya dalam minyak jelantah sisa penggorengan selama 24 jam; perendaman kulit pisang kepok dalam minyak jelantah, caranya adalah minyak jelantah sisa penggorengan yang dingin dipanaskan kembali dengan kisaran suhu 1000C, kemudian diteruskan dengan perendaman kulit pisang kepok selama 5 menit. Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kaji mutu fisiko-kimia dari upaya daur ulang tersebut.

Dengan pemberian sosialisasi ini masyarakat menjadi lebih tahu tentang bahaya dari minyak goreng bekas. Hal ini ditunjukkan dengan 100% responden telah mengetahui akan bahaya minyak goreng bekas. Setelah mereka mengetahui bahaya minyak goreng bekas, sebanyak 55,17% masih tetap akan menggunakannya dengan berbagai alasan. Sebanyak 56,25% dari 55,17% akan tetap menggunakan karena sudah ada solusi yang tepat, yakni dengan pemberian pisang kepok. Sebanyak 31,25% menyatakan lebih mengirit pengeluaran dan 12,5% menyatakan minyak tersebut masih layak digunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar dengan sopan,,
terima kasih