Selasa, 18 Agustus 2009

Mengurangi Pengangguran, Masih Mungkinkah?

Mengurangi Pengangguran, Masih Mungkinkah?


Bukan karena adanya rasa pesimis pada diri penulis, bukan pula tidak percaya atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa penulis meragukan pengangguran usia produktif akan bisa dikurangi. Akan tetapi melihat fakta di lapangan, begitu banyak faktor yang menyebabkan pengangguran di Indonesia dan di Surabaya pada khususnya.

Faktor-faktor yang menyebabkan sulitnya pengagguran dapat dikurangi, penulis mengklasifisikan atas dua garis besar yaitu factor eksternal dan factor internal. Kita tahu sekarang ini tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di seluruh dunia sedang booming sebuah kalimat “krisis global” yang melanda hampir di seluruh negara di dunia. Seluruh perusahaan di dunia baik yang menengah ke bawah maupun yang menengah ke atas terkena dampak atas krisis global tersebut, sehingga perusahaan –perusahaan tersebut beramai-ramai merumahkan alias mem-PHKsebagian karyawannya dengan alasan mengurangi pembengkakan biaya produksi di internal perusahaan. Dengan demikian pengangguran di suatu negara semakin bertambah dan tidak luput juga melanda di negara Indonesia. Hal ini merupakan bentuk factor eksternal yang menyebabkan sulitnya pengangguran dapat dikurangi.

Factor yang lain yaitu factor internal yang terjadi di negara Indonesia. Menurut penulis, factor ini terdapat tiga macam masalah yang banyak terjadi di lapangan bahkan hampir tiap hari. Yang pertama, banyaknya kegiatan penggusuran PKL (pedagang kaki lima) dengan alasan penertiban dan menjaga estetika kota. Alasan tersebut memang sangat logis dan masuk akal demi terpeliharanya keberihan dan keindahan kota, dan diharapkan kota memperoleh adipura yang merupakan trophy sangat bergengsi antar kota dan kabupaten di Indonesia. Akan tetapi pemkot atau pemkab juga harus berpikir secara luas dan bijaksana bahwa para PKL juga merupakan warga negara yang berhak untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Kita tahu bahwa PKL merupakan suatu kegiatan usaha yang bersifat mandiri, berdikari dan bebas dari dampak krisis global yang melanda Indonesia. Namun apa yang terjadi? Dengan beringasnya satpol PP dengan dalih menjalankan perintah walikota menggusur, mengangkut dan merusak gerobak para PKL. Bahkan pernah terjadi penertiban dengan dibarengi aksi pemukulan yang dilakukan oleh personil satpol PP terhadap seorang penjual koran yang biasa mangkal di perempatan jalan Kusuma Bangsa dan tidak berhenti di situ, penjual koran tersebut dibawa ke Liponsos Keputih(Memorandum edisi 5 Februari 2009).

Dengan semakin banyaknya aksi penertiban PKL ini, menunjukkan bahwa pemerintah sangat tidak berpihak kepada rakyat kecil. Langkah seharusnya yang diambil oleh pemerintah dalam menertibkan PKL adalah memberikan suatu tempat yang relevan sebagai ganti tempat yang biasa digunakan PKL sebelumnya, bukan dengan asal menggusur tanpa ada solusi yang bijaksana bagi PKL. Jika kegiatan penggusuran ini dilaksanakan dengan asal-asalan tanpa ada solusi, maka timbullah ledakan jumlah pengangguran yang semakin bertambah di Indonesia. Dan bagi para calon legislatif diharapkan setelah resmi menjadi anggota dewan, mereka sanggup memperjuangkan nasib para PKL dan mengontrol kinerja pemerintah kota yang selalu menyudutkan para PKL agar PKL dapat eksis di dalam kehidupan yang keras di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar dengan sopan,,
terima kasih